PERKEMBANGAN DEFINISI AKUNTANSI
Istilah Akuntansi
Istilah akuntansi berasal dari kata bahasa Inggris to account yang berarti memperhitungkan atau mempertanggung jawabkan.
Kata akuntansi diserap dari kata accountancy yang berarti hal-hal yang berkaitan dengan accountant (akuntan) atau yang dikerjakan oleh akuntan dalam menjalankan profesinya.
Sebagai bidang pengetahuan, istilah yang umum dipergunakan adalah accounting yang mempunyai pengertian lebih luas dari pada accountancy (lebih berkaitan dengan profesi atau implementasi pengetahuan akuntansi).
Pengertian Akuntansi
Akuntansi adalah seni pencatatan, penggolongan, dan peringkasan transaksi dan kejadian yang bersifat keuangan dengan cara yang berdaya guna dan dalam bentuk satuan uang, serta penginterpretasian hasil proses tersebut.
Pengertian seni dipergunakan untuk menunjukkan bahwa akuntansi bukan merupakan ilmu pengetahuan eksakta atau sains (ATB No. 1 -APB)
Akuntansi merupakan seperangkat pengetahuan dengan struktur penalaran yang logis dan cakupan materi yang jelas dan terpadu (difinisi refisi).
Akuntansi adalah kegiatan/fungsi penyediaan jasa. Fungsinya adalah menyediakan informasi kuantitatif tentang unit-unit usaha ekonomik, terutama yang bersifat keuangan, yang diperkirakan bermanfaat dalam pengambilan keputusan ekonomik (APB Statement No. 4 : 1970)
Akuntansi sebagai seperangkat pengetahuan yang mempelajari yang mempelajari perekayasaan penyediaan jasa berupa informasi keuangan kuantitatif suatu unit organisasi dan cara penyampaian (pelaporan) informasi tersebut kepada pihak yang berkepentingan untuk dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan ekonomik.
Difinisi diatas didasarkan pada pemikiran bahwa akuntansi masuk dalam bidang pengetahuan teknologi (Sudibyo.1974). Sebagai teknologi, akuntansi membahas baik perangkat keras maupun perangkat lunak termasuk penalarannya untuk mencapai tujuan tertentu. Sebagai suatu disiplin akuntansi bukan merupakan suatu pengetahuan yang berdiri sendiri, tapi lebih merupakan gabungan (sintesa) dari berbagai disiplin pengetahuan yang lain (menyusu pada ilmu pengetahuan murni dan pengetahuan lainnya karena merupakan ilmu pengetahuan terapan).
Akuntansi Sebagai Pengetahuan
Akuntansi sebagai proses pengidentifikasian, pengukuran, penggabungan, peringkasan dan penyajian data keuangan dasar yang terjadi dari kejadian-kejadian, transaksi-transaksi atau kegiatan operasi suatu unit organisasi dengan cara tertentu untuk menghasilkan informasi yang relevan bagi pihak yang berkepentingan.
Difinisi diatas mengandung kata-kata kunci yang dapat digunakan untuk menjelaskan lebih lanjut pengertian akuntansi, sebagai berikut :
Perekayasaan penyediaan jas
Transaksi keuangan
Informasi
Memroses data keuangan
Laporan keuangan kuantitatif
Pihak berkepentingan
Unit organisasi
Dengan cara tertentu
Bahan olah akuntansi
Dasar pengambilan keputusan
Sifat-Sifat Baik Praktik Akuntansi
Sifat-sifat baik dari praktik akuntansi meliputi:
Kejujuran dari akuntan pada umumnya dan auditor pada khususnya.
Memiliki kepedulian terhadap status ekonomi pihak lain dalam bentuk penyelenggaraan dan akuntabilitas.
Sensitif terhadap nilai kerjasama dan konflik dengan mengantisipasi terjadinya konflik dan menciptakan adanya semacam pengakuan kerjasama melalui penggunaan tenik-teknik akuntansi manajemen.
Sifat akuntansi yang komunikatif dengan menceritakan pengalaman-pengalaman ekonomi melalui dialog-dialog akuntansi.
Penyebaran informasi ekonomi dengan memberikan informasi mengenai ekonomi untuk pengambilan keputusan.
Tetapi kadang kala realisasi dari sifat-sifat di atas dihalangi oleh kendala-kendala seperti:
Dominasi dari imbalan eksternal yang mengancam kebebasan auditor.
Kekuatan institusi yang merusak.
Kegagalan membedakan antara sifat baik dengan hukum.
PENTINGNYA INFORMASI AKUNTANSI BAGI PARA PEMAKAI INFORMASI
Akuntansi menghasilkan informasi yang dituangkan dalam bentuk laporan keuangan. Informasi merupakan data yang disajikan dengan cara tertentu sehingga mempunyai makna bagi pemakainya. Untuk menjadi informasi data harus mengandung nilai dan kualitas tertentu.
Nilai Informasi
Nilai Informasi adalah kemampuan informasi untuk meningkatkan pengetahuan dan keyakinan pemakai dalam mengambil keputusan.
Jadi suatu informasi harus dapat:
• Menambah pengetahuan pengambil keputusan (masa sekarang dan masa mendatang).
• Menambah keyakinan pemakai informasi mengenai probabilitas terealisasinya suatu harapan dalam kondisi ketidak pastian.
• Mengubah keputusan atau menyebabkan perubahan prilaku (tindakan).
Kualitas Informasi
Kualitas informasi berkaitan dengan intensitas informasi dalam memenuhi nilai informasi diatas. Kualitas yang tinggi akan memberi kepuasan (utility) yang tinggi pula bagi pemakainya.
Relevansi dan reliabilitas merupakan unsur utama pembentuk kualitas informasi. Relevansi ditentukan oleh nilai prediktif, nilai balikan, dan ketersediaan informasi pada waktunya.
Reliabilitas informasi ditentukan oleh keterujian, kenetralan, dan ketepatan penyimbolan makna ekonomik yang ingin diungkapkan.
Komparabilitas atas penyajian informasi merupakan kualitas kedua, dan menjadikan informasi lebih bermakna karena tendensinya dapat diinterpretasikan oleh para pemakai. Agar komparabilias dapat dijalankan maka, perlakuan akuntansi untuk setiap periode harus konsisten.
Sumber Informasi Perusahaan
• Penyedia Modal
Perusahaan menyediakan laporan keuangan, siaran pers (press release), pertemuan analis, dan buku fakta (fack book). Dari penyedia, perusahaan menerima informasi tentang kebenaran dalam pinjaman, usaha dalam penawaran sekuritas, dan kapasitas keuangan.
• Pelanggan
Perusahaan menyediakan informasi tentang kualitas produk/jasa dan menerima informasi tentang kelayakan kredit dan kualifikasi pelanggan.
• Masyarakat Umum
Perusahaan menyediakan informasi tentang , pengaruh lingkungan, pengaruh ketenagakerjaan, dan pembayaran pajak, serta menerima informasi tentang, kebijakan/aturan pajak, persyaratan ketenagakerjaan, kualitas udara/air dan batasan-batasan lingkungan.
• Pegawai
Perusahaan menyediakan informasi tentang, manfaat, kebijakan ketenagakerjaan, kompensasi dan informasi yang berhubungan dengan pekerjaan, serta menerima informasi tentang, surat referensi/kompetensi, kebijakan ketenagakerjaan, kompensasi dan informasi yang berkaitan dengan pekerjaan.
PERKEMBANGAN PASAR MODAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN INFORMASI AKUNTANSI
Dengan semakin meningkatnya perkembangan pasar modal, Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) mewajibkan emiten untuk menyampaikan laporan tahunannya agar terdapat transparansi dalam pengungkapan berbagai informasi yang berhubungan dengan kinerja melalui Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep. 38/PM/1996 tentang Laporan Tahunan. Akibat dari dikeluarkannya keputusan ini, maka para emiten secara periodik harus melaporkan hasil keuangannya kepada masyarakat dengan harapan harga saham akan bereaksi terhadap informasi yang dipublikasikan sehingga akan tercapai pasar perdagangan efek yang likuid, efisien, fair, dan transparan.
Laporan tahunan pada dasarnya merupakan sumber informasi bagi investor sebagai salah satu dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi dipasar modal dan juga sebagai sarana pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Semua perusahaan yang terdaftar di bursa efek setiap tahun mempublikasikan laporan keuangannya untuk menjelaskan dan memberikan informasi kepada stakeholder, khususnya investor, mengenai kinerja dan posisi keuangan perusahaan. Salah satu komponen dari laporan keuangan tersebut adalah laporan laba/rugi dan laporan arus kas yang juga dijadikan bahan pertimbangan oleh para investor dalam menginvestasikan dananya di bursa efek.
Laporan arus kas bukan merupakan bagian dari laporan keuangan sebelum dikeluarkannya Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 2 yang menyatakan bahwa perusahaan harus menyusun laporan arus kas dan harus menyajikan laporan tersebut sebagai bagian yang tidak terpisahkan (integral) dari laporan keuangan untuk setiap periode penyajian pelaporan keuangan. Sejak berlakunya PSAK No. 2 tahun 1994 ini laporan perubahan posisi keuangan tidak boleh lagi disajikan dalam bentuk laporan arus dana, akan tetapi harus berbentuk laporan arus kas yang dirinci ke dalam komponen-komponen arus kas dari aktivitas operasi, pendanaan, dan investasi. Hal ini disebabkan informasi arus kas historis lebih berguna untuk menunjukkan jumlah, waktu, dan kepastian arus kas masa depan. Selain itu, informasi arus kas historis juga bermanfaat dalam meneliti kecermatan prediksi arus kas masa depan.
Laporan arus kas sebagai bagian dari laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang juga mendapat perhatian investor. Laporan arus kas bertujuan untuk melaporkan penerimaan dan pengeluaran kas selama satu periode yang berasal dari aktivitas operasi, pendanaan, dan investasi. Dengan tersedianya informasi laporan laba dan laporan arus kas, maka stakeholder, terutama pihak investor dapat melakukan penilaian terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas serta menilai kebutuhan perusahaan untuk menggunakan arus kas tersebut.
HUBUNGAN KEAGENAN (KONVENSIONAL DAN PERKEMBANGAN- NYA DEWASA INI)
Teori keagenan (Agency theory) merupakan basis teori yang mendasari praktik bisnis perusahaan yang dipakai selama ini. Teori tersebut berakar dari sinergi teori ekonomi, teori keputusan, sosiologi, dan teori organisasi. Prinsip utama teori ini menyatakan adanya hubungan kerja antara pihak yang memberi wewenang (prinsipal) yaitu investor dengan pihak yang menerima wewenang (agensi) yaitu manajer, dalam bentuk kontrak kerja sama yang disebut ”nexus of contract”.
Perbedaan “kepentingan ekonomis” ini bisa saja disebabkan ataupun menyebabkan timbulnya informasi asymmetri (Kesenjangan informasi) antara Pemegang Saham (Stakeholders) dan organisasi. Diskripsi bahwa manajer adalah agen bagi para pemegang saham atau dewan direksi adalah benar sesuai teori agensi.
Teori agensi mengasumsikan bahwa semua individu bertindak atas kepentingan mereka sendiri. Pemegang saham sebagai principal diasumsikan hanya tertarik kepada hasil keuangan yang bertambah atau investasi mereka di dalam perusahaan. Sedang para agen disumsikan menerima kepuasan berupa kompensasi keuangan dan syarat-syarat yang menyertai dalam hubungan tersebut.
Indikator Agen dan Prinsipal
Dalam EITF of FASB Issue No. 99-19 terdapat beberapa indikator yang dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam mengevaluasi apakah suatu perusahaan bertindak sebagai prinsipal atau agen. Indikator-indikator tersebut tidak bersifat mutlak, akan tetapi harus dipertimbangkan kekuatan relatif masing-masing indikator tersebut. Indikator-indikator agen dan prinsipal dapat ditafsirkan sebagai berikut:
Indikator Pelaporan Pendapatan berdasarkan arus masuk bruto adalah apabila perusahaan:
a) Merupakan “primary obligor” dalam suatu perjanjian.
Primary obligor adalah pihak yang bertanggungjawab untuk menyediakan produk atau jasa yang diinginkan oleh pelanggan.
b) Memiliki risiko umum persediaan (general inventory risk)
Risiko umum persediaan timbul jika:
• Perusahaan memperoleh hak kepemilikan atas suatu produk sebelum produk tersebut dipesan oleh pelanggan; atau
• Pelanggan memiliki hak untuk mengembalikan produk dan perusahaan mengakui hak kepemilikan atas produk yang dikembalikan tersebut.
c) Memiliki kebebasan dalam menentukan harga.
Perusahaan memiliki kebebasan untuk menentukan harga produk atau jasa kepada pelanggan.
d) Melakukan modifikasi produk atau melakukan bagian pekerjaan dari jasa.
Perusahaan melakukan perubahan produk secara fisik atau melakukan bagian pekerjaan dari jasa yang dipesan oleh pelanggan. Indikator ini dievaluasi dari prespektif produk atau jasa itu sendiri, seperti perbandingan harga jual produk sebelum dan sesudah dilakukannya modifikasi, atau perbandingan antara jasa yang dihasilkan sebelum dan sesudah modifikasi yang dilakukan oleh perusahaan terhadap produk. Evaluasi tidak dapat dilakukan berdasarkan atribut perusahaan lain seperti skill marketing, market coverage, sistem distribusi, atau reputasi.
e) Dapat memilih pemasok
Perusahaan memiliki sejumlah pemasok untuk produk atau jasa yang dipesan oleh pelanggan dan perusahaan tersebut memiliki kewenangan untuk memilih pemasok yang akan menyediakan produk atau jasa yang dipesan oleh pelanggan.
f) Terlibat dalam penentuan spesifikasi produk dan jasa
Perusahaan dapat menentukan sifat, jenis, karakter atau spesifikasi produk atau jasa yang dipesan oleh pelanggan.
g) Memiliki risiko kerugian persediaan (setelah adanya pemesanan dari pelanggan atau selama masa pengiriman)
Risiko kerugian fisik persediaan dapat timbul jika:
• kepemilikan produk ditransfer oleh pemasok kepada perusahaan pada saat pengiriman (shipping point) dan kepemilikan produk ditransfer dari perusahaan kepada pelanggan pada saat produk diserahan kepada pelanggan; atau
• perusahaan memperoleh hak kepemilikan atas produk setelah pesanan dari pelanggan diterima akan tetapi sebelum produk tersebut dikirim (shipment).
h) Memiliki risiko kredit
Risiko kredit timbul jika perusahaan bertanggungjawab untuk melakukan penagihan piutang penjualan dari pelanggan dan harus melakukan pembayaran hutang perusahaan kepada pemasok, tanpa memperhatikan apakah piutang penjualan telah sepenuhnya tertagih.
Indikator Pelaporan Pendapatan berdasarkan arus masuk neto, adalah apabila:
a) Pemasok adalah “primary obligor” dalam suatu perjanjian
Jika pemasok bertanggungjawab untuk memenuhi pesanan pelanggan, fakta tersebut dapat mengindikasikan bahwa perusahaan tidak memiliki risiko dan manfaat sebagai prinsipal dalam transaksi.
b) Perusahaan memperoleh pendapatan tetap
Jika perusahaan memperoleh jumlah pendapatan tetap per pelanggan atau memperoleh persentase tertentu dari jumlah tagihan kepada pelanggan, fakta tersebut mengindikasikan bahwa perusahaan adalah agen dari pemasok.
c) Pemasok memiliki risiko kredit.
Jika risiko kredit yang timbul merupakan risiko bagi pemasok, maka perusahaan merupakan agen.
HIPOTESIS PERATAAN LABA
Perataan laba dapat dipandang sebagai upaya yang sengaja dilakukan untuk menormalkan laba dalam rangka mencapai kecendrungan atau tingkat laba yang diinginkan. Beidelman memberikan definisi sebagai upaya yang sengaja dilakukan untuk memperkecil atau fluktuasi pada tingkat laba yang dianggap normal bagi suatu perusahaan. Dalam pengertian ini perataan merepresentasi suatu bagian upaya manajemen perusahaan untuk mengurangi variasi tidak normal dalam laba pada tingkat yang diijinkan oleh prinsip-prinsip akuntansi dan manajemen yang sehat.
Menurut Gordon, bahwa manajer korporat mungkin terdorong untuk meratakan laba mereka dengan asumsi bahwa stabilitas dalam laba dan tingkat pertumbuhan akan lebih dipilih dari pada arus laba yang besar rata-rata yang besar dengan variabelitas yang lebih besar.
Teori Gordon tentang perataan laba adalah sebagai berikut:
o Proposisi 1: kreteria yang digunakan manajemen dalam memilih prinsip akuntansi adalah maksimalisasi utilitas atau kemakmurannya.
o Proposisi 2: Utilitas manajemen meningkat seiring dengan keamanan kerjanya, level dan tingkat pertumbuhan dalam laba manajemen dan level dan tingkat pertumbuhan besarnya korporasi.
o Proposisi 3: Pencapaian manajemen (proposisi 2) sebagaian tergantung pada kepuasan pemegang saham terhadap kinerja korporasi; yaitu, jika hal-hal lain sama, makin bahagia pemegang saham, makin besar keamanan kerja, laba dan sebagainya dari manajemen.
o Proposisi 4: Kepuasan pemegang saham terhadap korporasi meningkat seiring dengan rata-rata tingkat pertumbuhan laba korporasi (rata-rata return terhadap modal) dan stabilitas laba-nya.
Motivasi Perataan
Beidelman mempertimbangkan dua alasan bagi manajemen untuk meratakan laba yang dilaporkan yaitu:
o Berdasarkan pada asumsi bahwa, sebuah arus laba yang stabil mampu mendukung tingkat deviden yang lebih tinggi daripada arus laba yang lebih variabel, dan memiliki pengaruh yang menguntungkan dalam nilai saham perusahaan karena risiko perusahaan berkurang.
o Kemampuan untuk melawan sifat siklus laba yang dilaporkan dan mengurangi korelasi return ekspektasian perusahaan dengan return portofolio pasar.
Terdapat 3 kendala yang dianggap menggiring manajer untuk melakukan perataan yaitu:
o Mekanisme pasar kompotitif, yang mengurangi pilihan bagi manjemen.
o Skema kompensasi manjemen, yang secara langsung terkait dengan kinerja perusahaan
o Ancaman penggantian manajemen.
Dimensi-Dimensi Perataan
Dimensi perataan pada dasarnya adalah alat yang digunakan untuk melakukan perataan angka laba. Dascher dan Malcolm membedakan antara perataan riil dan perataan artifisial sebagai berikut:
Perataan riil merujuk pada transaksi aktual yang dilakukan atau tidak dilakukan atas dasar efek perataannya terhadap laba, sedang perataan artifisial merujuk pada prosedur akuntansi yang diimplementasikan untuk memindahkan biaya atau pendapatan dari suatu periode keperiode yang lainnya.
Barnet membedakan tiga dimensi perataan laba yaitu :
o Perataan melalui terjadinya peristiwa dan/atau pengakuan
o Perataan melalui alokasi dari waktu kewaktu
o Perataan melalui klasifikasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar