PENENTUAN RISIKO BAWAAN - AKTIVA TETAP
Penentuan risiko bawaan untuk proses pembelian memberi titik awal bagi
penentuan risiko bawaan aktiva tetap. Tiga faktor risiko bawaan yang
diklasifikasikan sebagai karakteristik operasi memerlukan pertimbangan dari
auditor, antara lain:
- Isu akuntansi yang kompleks
Beragam jenis transaksi aktiva tetap melibatkan isu-isu akuntansi yang
kompleks. Akuntansi sewa guna usaha, aktiva yang dibangun sendiri, dan bunga
yang dikapitalisasi merupakan contoh dari isu tersebut. Sebagai contoh, dalam
kasus transaksi sewa guna usaha auditor harus mengevaluasi keputusan klien baik
untuk mengapitalisasi sewa guna usaha tersebut atau untuk memperlakukannya
sebagai sewa guna usaha operasi (sewa menyewa biasa).
- Transaksi yang sulit untuk diaudit
Sebagian besar transaksi aktiva tetap relatif mudah untuk diaudit. Jika
aktiva dibeli langsung dari vendor, sebagian besar asersi dapat diuji dengan
memeriksa sumber dokumen. Tetapi, transaksi yang melibatkan aktiva yang
disumbangkan dan aktiva yang dibangun sendiri lebih sulit untukm diaudit, maka
kemungkinan akan sulit untuk memverifikasi nilai pertukaran dari aktiva yang
ditukarkan atau mengaudit secara benar akumulasi biaya aktiva yang dibangun
sendiri.
- Salah saji yang terdeteksi pada audit tahun lalu
Jika auditor telah
mendeteksi salah saji pada audit tahun lau, penentuan risiko bawaan harus
ditetapkan pada tingkat yang lebih tinggi daripada jika sedikit atau tidak ada
salah saji telah ditemukan di masa lalu.
PENENTUAN RISIKO PENGENDALIAN – AKTIVA TETAP
Meskipun auditor
umumnya mengikuti strategi substantif ketika mengaudit proses manajemen
properti, pemahaman atas pengendalian internal masih dibutuhkan.
1.
Keterjadian
dan otorisasi
Prosedur pengendalian untuk asersi keterjadian
dan otoriasi biasanya merupakan bagian dari proses pembelian. Permintaan
pembelian dimulai di departemen yang relevan dan diotorisasi di tingkat yang
semestinya di dalam entitas. Untuk transaksi seperti itu, auditor mungkin perlu
memeriksa lebih dari faktur vendor untuk menguji validitas. Review atas dokumentasi tambahan,
seperti dokumen penganggaran modal dan spesifikasi rekayasa, mungkin
diperlukan. Kebanyakan entitas memiliki beberapa jenis tabel otorisasi untuk
menyetujui transaksi aktiva modal. Klien harus memiliki pengendalian untuk
memastikan bahwa otorisasi untuk membeli aktiva modal konsisten dengan tabel
otorisasi.
Entitas juga perlu memiliki prosedur
pengendalian untuk mengotorisasi penjualan atau penghapusan lain atas aktiva
modal. Hal ini harus termasuk tingkat otorisasi di atas departemen yang meminta
penghapusan aktiva tetap. Prosedur pengendalian juga harus mengidentifikasi
aktiva yang tidak digunakan lagi dalam operasi karena hal itu mungkin
membutuhkan perlakuan akuntansi yang berbeda. Terakhir, semua pemeliharaan
utama atau transaksi perbaikan harus diotorisasi secara tepat oleh tingkat
manajemen yang semestinya.
2.
Kelengkapan
Kebanyakan entitas menggunakan beberapa jenis software
untuk mengelola rincian catatan properti. Buku besar pembantu terinci aktiva
tetap biasanya memasukkan informasi berikut untuk tiap aktiva modal:
·
Deskripsi,
lokasi, dan nomor identitas
·
Tanggal
perolehan dan biaya instalasi
·
Metode
penyusutan untuk tujuan buku dan pajak, nilai sisa, dan estimasi masa manfaat.
Prosedur pengendalian yang digunakan dalam
proses pembelian untuk memastikan kelengkapan memberikan beberapa keyakinan
bahwa semua transaksi aktiva modal tercatat di buku besar pembantu aktiva tetap
dan buku besar umum. Prosedur yang membantu meyakinkan bahwa asersi ini
dipenuhi adalah rekonsiliasi berkala buku besar pembantu aktiva tetap ke akun
buku besar pengendali.
Prosedur pengendalian lain yang dapat digunakan
entitas untuk memastikan bahwa semua aktivita modal telah dicatat adalah
perbandingan berkala dari catatan terinci dalam buku besar pembantu dengan
aktiva modal yang ada. Hal ini dapat dilakukan dengan cara, klien dapat
melakukan pemeriksaan fisik lengkap atas aktiva tetap secara berkala atau
menurut rotasi dan membandingkan aktiva fisik ke buku besar pembantu aktiva
tetap.
3.
Pemisahan
Tugas
Adanya pemisahan tugas yang memadai untuk
proses manajemen properti tergantung pada volume dan siginifikansi transaksi
yang diproses. Sebagai contoh, jika entitas membeli mesin dan peralatan dalam
jumlah besar, atau jika entitas memiliki proyek modal besar sedang dalam
pembangunan, maka kemungkinan akan memiliki sistem pengendalian formal.
Sedangkan jika suatu entitas memiliki sedikit pembelian aktiva modal, biasanya
tidak akan memiliki sistem pengendalian formal atas transaksi seperti itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar