Pendekatan Peristiwa dalam Akuntansi

Hakikat dari pendekatan peristiwa
Pendekatan peristiwa, menyatakan bahwa tujuan akuntansi adalah "untuk menyediakan informasi yang relevan tentang peristiwa ekonomi yang dapat bermanfaat bagi berbagai model keputusan”.
Menjadi tanggung jawab akuntan untuk menyediakan informasi mengenai peristiwa peristiwa yang terjadi dan memberikan kepada pengguna peristiwa peristiwa yang sesuai dengan model keputusan mereka, dan menjadi tanggung jawab pengguna untuk menggabungkan dan menetapkan bobot serta nilai bagi data data yang dihasilkan oleh peristiwa peristiwa yang sesuai dengan fungsi utilitas mereka masingmasing. Pengguna, mengubah peristiwa menjadi informasi akuntansi yang sesuai dengan model keputusan pengguna itu sendiri. Sehingga kandungan laporan akuntansi merupakan refleksi observasi dari dunia riil, bukan "kesimpulan yang dikehendaki manajer, yang menggunakan teknik akuntansi altematif untuk tujuan manipulasi, bukan untuk memberi informasi”.
Peristiwa merupakan segala tindakan yang dapat digambarkan dengan satu atau lebih dimensi dasar atau ciri. Menurut Johnson, "peristiwa" berarti "observasi yang layak mengenai karakteristik tertentu suatu tindakan shg seorang pengamat dapat mengatakan bahwa saya meramalkan dan melihat sendiri hal itu terjadi”.
Dengan demikian, karakteristik suatu peristiwa dapat diobservasi secara langsung dan karakteristik ekonomi dapat bermanfaat bagi pengguna. Karena jumlah karakteristik dan jumlah peristiwa mudah terpengaruh oleh observasi yang mungkin relevan bagi model keputusan seluruh pengguna, maka pendekatan peristiwa mengusulkan suatu pengembangan yang luar biasa mengenai data akuntansi yang disajikan dalam laporan keuangan. Karakteristik suatu peristiwa, selain nilai moneter, harus dapat diungkapkan. Pendekatan peristiwa juga mengasumsikan bahwa tingkat penggabungan dan pengevaluasian data akuntansi diputuskan oleh pengguna, menurut fungsi pengguna. 
Laporan keuangan dan pendekatan peristiwa
    Apa konsekuensi pendekatan peristiwa pada laporan tahunan konvensional?
    Pada pendekatan nilai, neraca dianggap sebagai indikator posisi keuangan perusahaan pada suatu periode. Pada pendekatan peristiwa, neraca dianggap sebagai komunikasi tidak langsung mengenai seluruh peristiwa akuntansi yang relevan bagi perusahaan sejak berdiri.
    Pada pendekatan nilai, laporan keuangan dianggap sebagai suatu indikator kinerja keuangan perusahaan pada periode tertentu. Pada pendekatan peristiwa, laporan keuangan dianggap sebagai komunikasi langsung mengenai peristiwa peristiwa operasi yang terjadi selama periode tertentu.
    Pada pendekatan nilai, laporan aliran kas dianggap sebagai suatu ungkapan perubahan pada kas. Tetapi, pada pendekatan peristiwa, laporan aliran kas lebih baik dipandang sebagal ungkapan peristiwa peristiwa keuangan dan investasi. Dengan kata lain, relevasi suatu peristiwa bukan hasil aliran kas, yang menentukan pelaporan suatu peristiwa dalam laporan aliran kas.

Teori peristiwa normatif dari akuntansi
    Teori akuntansi mengenai peristiwa peristiwa normatif telah disimpulkan secara tentatif sebagai: Usaha untuk menarik perhatian orang (pemegang saham, karyawan, manajer, pemasok, pelanggan, badan badan pemerintah, yayasan dsb) agar dapat memprediksi dengan lebih baik, maka karakteristik, yang paling relevan bagi peristiwa penting (intemal, lingkungan, dan transaksional) yang mempengaruhi organisasi, digabungkan (secara bertahap dan antar bagian) secara periodik dan bebas dari konklusi yang bias."
    Jadi, tujuan teori akuntansi mengenai peristiwa normatif adalah memaksimalkan keakuratan peramalan laporan akuntansi dengan berfokus pada ciri ciri yang paling relevan dari peristiwa peristiwa yang penting bagi pengguna. Teori ini menyatakan:
o    Suatu taksonomi (ilmu tentang identifikasi dan penamaan) ekplisit mengenai kejadiaan riil yang dilaporkan oleh akuntan;
o    Skema klasifikasi yang lebih efektif, dengan mengacu pada label label tertentu sehingga memungkinkan untuk menghubungkan observasi mengenai peristiwa peristiwa tertentu dengan peristiwa lain yang terkait;
Sistem informasi akuntansi berbasis peristiwa
    Salah satu cara untuk mencapai tujuan teori akuntansi mengenai peristiwa normatif adalah dengan mengintegrasikan pendekatan peristiwa dengan pendekatan database pada manajemen informasi yang mempunyai asumsi bahwa suatu perusahaan membuat database yang dikelola terpusat untuk dibagikan kepada sejumlah besar pengguna yang mempunyai kebutuhan beragam. Sistem akuntansi yang seperti itu meliputi model:
?    Model hierarkikal didasarkan pada ide sistem informasi akuntansi peristiwa yang memungkinkan penggunanya membuat pertanyaan ilmiah (inquiry) pada database.
?    Model jaringan didasarkan pada konsep akuntansi multi dimensi yang dinyatakan oleh Ijiri dan Chames, Colantoni, dan Cooper.  Model ini menggunakan input database yang tidak terstruktur pada awalnya dan juga menggunakan suatu kumpulan pertanyaan ilmiah atau data yang kemudian dikembangkan menjadi suatu struktur data hierarkikal, yang dapat meminimalkan jumlah catatan yang diakses untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan yang diajukan.
?    Model relasional didasarkan pada teori relasi pada matematika. Pada dasamya, suatu database merupakan suatu kumpulan relasi dengan berbagai macam tingkatan dan waktunya yang berbeda beda pula. Para pengguna berinteraksi dengan model melalui suatu bahasa yang bermakna bagi pengguna tertentu. Pekerjaan penting yang harus dilakukan adalah meningkatkan penerapan pendekatan relasional ini pada model akuntansi.
?    Model hubungan entitas mengasumsikan bahwa sistem akuntansi dimodelkan secara alamiah pada lingkungan database sebagal suatu kumpulan entitas dunia riil dan hubungan di antara entitas entitas tersebut. Model ini pada dasarnya menggantikan daftar rekening tradisional dan prosedur pembukuan double entry dengan memandang hubungan entitas dalam bentuk tabel entitas dan tabel hubungan.
?    Model akuntansi REA merupakan penyajian fenomena akuntansi yang digeneralisasi, yang komponen komponennya terdiri dari sekumpulan penyajian sumber daya ekonomi, peristiwa  peristiwa ekonomi, dan agen agen ekonomi.
 
Evaluasi atas pendekatan peristiwa
    Pendekatan peristiwa menawarkan keunggulan dan kelemahan tertentu. Keunggulannya terutama berasal dari usaha usaha untuk menyediakan informasi mengenai peristiwa-peristiwa ekonomi yang relevan, yang mungkin dapat bermanfaat bagi berbagai model keputusan. Sehingga informasi lebih banyak tersedia bagi pengguna, yang kemudian dapat diterapkan pada fungsi utilitasnya untuk menentukan sifat dan tingkat penggabungan informasi yang mereka butuhkan untuk pembuatan keputusan.
 
Pendekatan perilaku
Hakikat dari pendekatan perilaku
    Sebagian besar pendekatan tradisional dalam penyusunan teori akuntansi telah gagal untuk mempertimbangkan perilaku pengguna secara khusus dan asumsi asumsi keperilakuan secara umum. Pendekatan keperilakuan pada pembuatan teori akuntansi menekankan pada relevansi pembuatan keputusan mengenai informasi yang dikomunikasikan (berorientasi pada keputusan yang dikomunikasikan), dan perilaku individual dan kelompok yang disebabkan oleh komunikasi informasi (berorientasi pada pembuat keputusan). Akuntasi diasumsikan berorientasi pada tindakan yang tujuannya adalah untuk mempengaruhi tindakan (perilaku) secara langsung melalui kandungan informasi pesan pesan yang disampaikan dan secara tidak langsung melalui perilaku para akuntan. Karena akuntansi dianggap sebagai proses keperilakuan, maka pendekatan keperilakuan pada pembentukan teori akuntansi menerapkan ilmu keperilakuan pada akuntansi.

Dampak perilaku dari informasi akuntansi
    Penelitian mengenai kecukupan dan penggunaan pengungkapan menunjukkan penerimaan umum mengenai kecukupan laporan keuangan yang ada, pemahaman dan pengertian umum mengenai laporan keuangan, dan suatu pengakuan bahwa perbedaan pada kecukupan pengungkapan antar laporan keuangan disebabkan variabel variabel, misalnya besar berusahaan, profitabilitas, dan besar dan status kantor auditor.
    Dampak keputusan prosedur prosedur akuntansi dijelaskan terutama dalam konteks penggunaan tehnik tehnik persediaan yang berbeda, informasi tinghat harga (price level), dan informasi non-akuntansi. Hasil penelitian penelitian tersebut menunjukkan bahwa teknik teknik altematif akuntansi dapat mempengaruhi keputusan individual, dan sejauh mana pengaruhnya tergantung pada sifat tugas, karakteristik pengguna dan sifat lingkungan eksperimental.
 
Dampak linguistik dari data dan teknik akuntansi
berbagai penggabungan dalam akuntansi akan menimbulkan repertoire atau kode linguistik yang berbeda pada komunikasi interkelompok dan/atau komunikasi antar kelompok.
Konstruk (construct) linguistik digunakan untuk menyesuaikan tidak adanya konsensus pada makna konsep akuntansi, sehingga masalah masalah tertentu diidentifikasi sebagai kebutuhan penelitian berikutnya, yaitu:
o    sifat “bahasa institusional” pada setiap kelompok profesional akuntansi;
o    adanya kode linguistik yang terhubung secara profesional dalam bidang akuntansi, yang terdiri dari "bahasa formal" dan "bahasa publik"; dan
o    pelaksanaan suatu pengujian untuk menentukan apakah bahasa publik dipahami oleh pengguna data formal (misalnya mahasiswa) atau tidak.
Penelitian lainnya telah menggali dampak linguistik data dan teknik teknik akuntansi tanpa mempertimbangkan tesis relativisme liguistik ataupun tesis sosiologika. Penelitian ini menitik beratkan pada perbedaan antara komunikasi inter dan antar kelompok mengenai data dan/atau teknik akuntasi antar pengguna dan pembuat data akuntansi.
 
Fiksasi fungsional dan data
    Kondisi kondisi tertentu menyebabkan seorang pembuat keputusan tidak dapat menyesuaikan proses keputusannya, dan melakukan perubahan dalam proses akuntansi. Mereka mempertimbangkan faktor faktor psikologis fiksasi fungsional. Para ahli psikologi tertarik pada fiksasi fungsional yang terkait dengan fungsi atau objek, sedangkan para peneliti akuntansi, yang dipengaruhi oleh eksplorasi Ijiri, Jaedicke, dan Knight, tertarik dengan fiksasi fungsional yang terkait dengan data.
Terdapat perbedaan antara fiksasi fungsional dan fiksasi data. Pada kasus fiksasi fungsional, para ahli psikologi menggunakan benda benda, seperti medali, tali, dan kotak, untuk melakukan tugas yang relatif sederhana, sedangkan pada eksperimen fiksasi data, seluruh data digunakan untuk menyelesaikan masalah yang tidak terstruktur.
 
Sifat induksi akuntansi
    Walaupun dampak penggunaan informasi secara umum telah diketahui dan diterima sebagai bagian dari paradigma stimulusrespons, fenomena terkini mengenai induktor informasi atau induktor sederhana, yang diperkenalkan oleh Prakash dan Rappaport, dimaksudkan untuk merujuk pada proses yang kompleks yaitu perilaku individual dipengaruhi oleh informasi yang dibutuhkan untuk melakukan komunikasi. Induktor informasi timbul dari kecenderungan penerima untuk mengantisipasi kemungkinan penggunaan informasi, sebagai konsekuensi penggunaan informasi, dan tanggapan mereka terhadap konsekuensi tersebut.
Pendekatan pemrosesan informasi manusia
Model lensa
    Model Lensa dari Brunswick memungkinkan untuk mengakui secara eksplisit mengenai saling ketergantungan antara variabel varlabel lingkungan dengan individual secara khusus.
    Model ini terutama digunakan untuk menilai situasi yang membutuhkan penilaian mengenai manusia, yang di dalamnya orang membuat penilaian dengan dasar sekumpulan petunjuk eksplisit yang diperoleh dari lingkungan. Model ini menekankan pada kemiripan antara lingkungan dengan tanggapan subjek.     Sebagian besar penelitian akuntansi menggunakan model lensa, yang didorong oleh kebutuhan untuk membangun model matematis yang menunjukkan keunggulan relatif dari petunjuk petunjuk informasi yang berbeda beda (sering disebut penghimpunan kebijakan atau "policy capturing"), didorong oleh kebutuhan untuk mengukur keakuratan ketetapan dengan konsistensi, konsensus, dan prediktabilitasnya.
 
Pertimbangan probabilitas
    Penilaian probabilistik, sering disebut pendekatan Bayesian, menitik beratkan terutama pada perbandingan probabilitas penilaian intuitif dan model normatif. Model normatif bagi revisi probabilitas, disebut sebagai Teorema Bayes, digunakan sebagai model deskriptif bagi pemrosesan informasi manusia.
    Penelitian mengenai perolehan probabilitas telah berusaha untuk menetapkan validitas terpusat dari teknik teknik perolehan yang berbeda dalam auditing, dan juga keakuratan dan dampaknya terhadap keputusan audit. Tidak ada kesimpulan umum yang dapat ditarik pada tingkat penelitian ini. 
    Penelitian mengenai penyimpangan perilaku pembuatan keputusan normatif menitikberatkan pada heuristik dan bias pada dasamya, keterwakilan dalam auditing, anchoring dalam auditing, anchoring dalam pengendalian manajemen, dan anchoring dalam analisis keuangan dan juga pada kemampuan pembuat keputusan untuk menjalankan peran sebagai penilai informasi. Tetapi hanya sedikit diketahui mengenai bagaimana kemampuan pemrosesan informasi oleh individu berinteraksi dengan struktur tugas untuk menghasilkan heuristik dan bias.
 
Perilaku prakeputusan
    Metode pelacakan proses berasal dari teori penyelesaian masalah yang dikembangkan oleh Newell dan Simon, yang berpendapat bahwa manusia mempunyai keterbatasan kapasitas untuk memproses informasi. Mereka juga berpendapat bahwa manusia mempunyai daya ingat berjangka pendek dengan kapasitas terbatas dan sebenamya mempunyai daya ingat jangka panjang dengan kapasitas tidak terbatas. Sehingga manusia cenderung untuk menggambarkan kepuasan bukan tanggapan optimal, yang mengarahkan mereka agar menjadi adaptif (menyesuaikan diri). Sebaliknya, keadaptifan menyatakan bahwa penyajian kognitif tugas (sifat dan kompleksitas) menentukan cara penyelesaian masalah, karena tugas tugas cenderung untuk diperoleh dan sehingga mengendalikan tanggapan keperilakuan dari pembuat keputusan.
 
Pendekatan gaya kognitif
    Pendekatan gaya kognitif menitikberatkan pada variabel variabel yang mungkin mempunyai dampak pada kualitas ketetapan yang dibuat oleh para pembuat keputusan.
    Gaya kognitif' merupakan pembentukan hipotetika yang digunakan untuk menjelaskan proses mediasi antara rangsangan dengan tanggapan. Terdapat lima pendekatan yaitu:
o    Otoritarianisme (authoritarianism), timbul dari perhatian Adorno dan lainnya pada hubungan antara kepribadian, sikap anti demokrasi dengan perilaku. Para peneliti ini terutama tertarik pada individu individu yang mempunyai cara berpikir, yang dapat membuat mereka mudah terpengaruh dengan propaganda anti demokrasi. Dua perilaku yang berkorelasi dengan otoritarianisme - keketatan dan ketidaktoleransian pada ambigultas - merupakan refleksi dari gaya kognitif dasar.
o    Dogmatisme (dogmatism), timbul dari usaha Rokeach untuk mengem- bangkan ukuran otoritarianisme berbasis struktural, untuk menggantikan ukuran berbasis isi yang dikembangkan oleh Adomo dan teman temannya. Minat mereka adalah untuk mengembangkan suatu ukuran gaya kognitif yang terbebas dari pemikiran isi.
o    Kompleksitas kognitif (cognitive complexity), diperkenalkan oleh Kelly dan Bieri, menitik beratkan pada dimensi dimensi psikologis yang digunakan oleh individu untuk membentuk lingkungannya dan untuk membedakan perilakunya dengan individu lain. Individu yang secara kognitif semakin kompleks diasumsikan mempunyai sejumlah besar dimensi, yang dapat digunakan untuk menjelaskan perilaku kepada pihak lain dibandingkan individu yang secara kognitif kurang kompleks. Para pembuat keputusan dapat juga dikelompokkan menurut gaya kognitifnya: heuristik dan analitik.
o    Kompleksitas integratif (integrative complexity), dijelaskan oleh Harvey dkk, yang kemudian dikembangkan oleh Schroeder dkk, timbul dari pandangan bahwa orang orang terikat pada dua aktivitas pemrosesan masukan panca indera:
?    pembedaan (differentiation) dan
?    penggabungan (integration).
o    Ketergantungan bidang (field dependence), dijelaskan oleh Witkin dan teman temannya, merupakan ukuran sejauh mana perbedaan dalam bidang persepsi. Individual yang tergantung pada bidang cenderung untuk menganggap keseluruhan organisasi sebagai suatu bidang dan relatif tidak dapat menganggap bagian bagian bidang sebagai bagian yang terpisah. Tetapi, individual yang tidak tergantung pada bidang cenderung menganggap bagian bagian bidang terpisah dari keseluruhan organisasi bidang tersebut, bukan menggabungkannya.
 
Relativisme kognitif dalam akuntansi
    Revolusi kognitif dalam psikologi sosial telah membangkitkan minat yang besar pada struktur pengetahuan mengenai daya ingat pada umumnya dan bagaimana orang orang belajar, pada khususnya.
    Intisari relativisme dalam akuntansi adalah adanya proses kognitif yang diasumsikan dapat mengarahkan proses penilaian/keputusan. Model menunjukkan bahwa penilaian dan keputusan yang dibuat dari fenomena akuntansi, merupakan hasil dari sekumpulan operasi kognitif sosial yang mencakup observasi informasi fenomena akuntansi dan informasi skema skema yang disimpan dalam memori, dan kemudian dipanggil kembali ketika dibutuhkan dalam pembentukan penilaian dan/atau keputusan.
 
Relativisme kultural dalam akuntansi
    Postulat relativisme budaya menyatakan bahwa budaya membentuk fungsi kognitif individual yang dihadapkan pada suatu fenomena akuntansi atau auditing. Budaya membentuk penelitian akuntansi. Penerapan budaya dalam akuntansi dapat dipandang sebagai media akuntansi. Budaya, pada intinya, menentukan proses penilaian/keputusan dalam akuntansi. Model mempostulasikan bahwa budaya, melalui komponen, elemen, dan dimensinya, menentukan penggunaan struktur organisasi, perilaku mikro organisasi, dan fungsi kognitif individual, sebagai cara untuk mempengaruhi proses penilaian/keputusannya ketika mereka dihadapkan pada fenomena akuntansi dan/atau auditing.
 
Evaluasi atas pendekatan perilaku
Sebagian besar penelitian akuntansi keperilakuan yang dibahas pada bagian awal telah berusaha untuk membuat generalisasi mengenai perilaku manusia dalam hubungannya dengan informasi akuntansi. Tujuan implisit dari seluruh studi ini adalah untuk mengembangkan dan memverifikasi hipotesis keperilakuan yang relevan dengan hipotesis teori akuntansi, yaitu yang menyangkut kesesuaian dengan pengungkapan manfaat data laporan keuangan, sikap akibat praktik praktik pelaporan perusahaan, materialitas ketetapan, dampak keputusan pada altematif prosedur akuntansi, dan komponen-komponen model pemrosesan informasi (masukan, proses, dan hasil). Tetapi tujuan implisit ini belum dapat dicapai karena sebagian besar penelitian eksperimen dan survei mengenai akuntansi keperilakuan mempunyai kelemahan dalam keketatan teoretik dan metodologik. Studi studi tersebut telah menjelaskan mengenai penggunaan surogasi dalam penelitian akuntansi keperilakuan tanpa adanya hasil yang meyakinkan.
Dengan kata lain, pandangan eksperimen sebagai kontrak sosial menjelaskan hubungan antara subjek dengan eksperimenter. Beberapa aspek hubungan ini dapat mengancam validitas eksperimen.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar