Perubahan Revolusioner Teori, dan Paradigma Punctuated Equilibrium
Bagaimana ilmu pengetahuan berubah? Pertanyaan ini telah menjadi perdebatan cukup lama. Para pengikut Darwin dengan gagasannya tentang pertumbuhan (incremental) menyatakan bahwa perubahan kumulatif masih jauh dari memadai untuk menjelaskan perubahan dalam bidang ilmu dan pertumbuhan dalam bidang pengetahuan. Sejarawan mengajukan sebuah gagasan yang berbeda dari evolusi yang dikenal sebagai punctuated equilibrium: sebuah altematif di antara periode‑periode yang panjang dengan infrastruktur yang stabil dan meningkatnya penyesuaian serta peringkasan periode revolusioner yang bergolak (Niles Eldredge dan Stephen Gould).
Pada dasamya, "garis keturunan muncul dalam bentuk equilibrium seperti bentuk‑bentuk terdahulu dan spesies baru muncul dengan tiba‑tiba, melalui perubahan yang secara tiba‑tiba menyela (punctuation) proses yang ada (seperti dalam model Darwin ‑ seleksi alam yang akan menseleksi kemampuan varian baru tersebut)".
Untuk masing‑masing teori, punctuated equilibrium menawarkan tiga komponen pokok yaitu:
ü struktur yang mendalam,
ü periode keseimbangan, dan
ü periode revolusioner.
Teori Umum Kuhn tentang Revolusi Ilmiah
Teori tentang revolusi pengetahuan menekankan pada pengembangan pengetahuan dan motivasi sejumlah pengembangan tersebut. Usaha Thomas Kuhn menekankan pada pengembangan pengetahuan dalam bidang sain normal tertentu. Tesis utama revolusi pengetahuan ini berdasarkan konsep paradigma. Setelah munculnya sejumlah kritik tentang perbedaan dan ketidak konsistenan pemakaian istilah paradigma, Kuhn memperbaikinya dalam bukunya edisi kedua:
Dalam banyak buku, istilah paradigma digunakan dalam dua pengertian berbeda. Di satu sisi, paradigma terdiri dari keseluruhan konstelasi keyakinan, nilai, dan teknik yang dibagikan pada anggota suatu komunitas. Di sisi lain, paradigma menunjukkan satu bentuk elemen dalam konstelasi, yaitu solusi kongkrit atas kebingungan yang dapat dimanfaatkan sebagai model atau contoh, dan dapat menggantikan aturan yang ada sebagai suatu dasar solusi bagi kebingungan berikutnya dalam sain normal.
Paradigma‑paradigma ini tidak selamanya mendominasi. Untuk pertama kali dijumpai adanya sejumlah anomali (kelainan/keganjilan). Anomali ini tidak dapat diperbaiki. Suatu periode ketidak nyamanan dan krisis terjadi dengan adanya perselisihan antara pihak yang melihat anomali sebagai suatu contoh pembanding, dan pihak lain yang tidak menganggapnya:
Sain normal berulangkali mengalami salah langkah. Saat itu terjadi‑yaitu saat profesi tidak lagi dapat menghindari anomali sebagai penyebab tumbangnya tradisi praktik ilmu pengetahuan yang ada‑maka penyelidikan tambahan dimulai untuk mengajak para anggota profesi agar membuat komitmen baru, sebagai dasar yang baru untuk praktik ilmu pengetahuan.
Krisis berlanjut dengan munculnya sekumpulan alternatif ide dan identifikasi cabang pemikiran baru. Apa yang sesungguhnya terjadi selama periode krisis, tidak banyak yang tahu. H.Gilman McCann mengusulkan tingkat karakteristik teoretis dan kuantitatif dari tugas‑tugas yang berhubungan dengan periode awal dan akhir dr sain normal:
o Tingkat usaha teoretis akan meningkat selama pengembangan revolusi. Peningkatan ini terdiri dari;
- naiknya tingkat usaha teoretis di antara para pengikut suatu paradigma, dan
- diawali dengan tingginya tingkat usaha teoretik oleh pengikut paradigma baru, diikuti menurunnya keberhasilan paradigma baru.
o Pergeseran ke paradigma baru akan segera muncul dari sejumlah tulisan teoretik dibandingkan tulisan yang lain.
o Tingkat usaha kuantitatif akan meningkat selama pengembangan revolusi. Peningkatan ini terdiri dari
- suatu kenaikan, yang mungkin dlikuti penurunan, dalam tingkat usaha di antara para pengikut paradigma yang ada, dan
- diawali dengan tingginya tingkat usaha kuantitatif oleh pengikut paradigma baru, yang mungkin diikuti menurunnya paradigma baru dan menyebabkan masalah lain.
o Pergeseran ke paradigma baru akan segera muncul dari sejumlah tulisan kuantitatif dibandingkan tulisan yang lain.
o Peningkatan usaha kuanfitatif akan sangat ditegaskan di antara tulisan teoretik.
o Akan terjadi peningkatan jml penulis selama pengembangan revolusi.
o Akan terjadi peningkatan produktivitas penulis selama pengemba- ngan revolusi.
o Pergeseran ke paradigma baru akan segera muncul dari sejumiah tulisan penulis muda daripada penulis yang lebih tua.
o Pendukung paradigma baru umumnya lebih muda daripada pendukung paradigma lama.
o Akan ada sejumlah tulisan yang bersifat netral.
o Porsi pengharpan terhadap penulis yang mendukung paradigma baru akan meningkat selama revolusi.
Seluruh hukum dan proposisi merupakan subjek kesaksian empirk. Penolakan suatu paradigma terhadap paradigma lain bagaimanapun tidak berdasarkan eksklusifitas bukti empirik. Faktor‑faktor yang tidak logik termasuk pandangan metafisik, kedudukan filosofik, etnosentrisme, nasionalisme, dan karakter sosial dari komunitas ilmiah, mungkin menjadi beban keputusan. Pengakuan paradigma oleh para pendukungnya yang lebih dari sekadar uang atau kekuasaan, akan menjadi faktor pendorong bagi para peneliti maupun komunitas ilmiah tertentu. Intinya, para peneliti akan menukarkan pengakuan sosial terhadap informasi.
Walaupun sulit untuk sependapat bahwa pengakuan merupakan motivasi utama bagi penelitian dalam setiap bidang ilmu, namun ada argumen menarik bahwa dorongan utama penelitian adalah kepuasan yang diperoleh apabila melakukan sesuatunya dengan baik.
Namun demikian, kecurigaan tentang kebenaran secara psikologis menyelimuti proses pengakuan dalam ilmu pengetahuan. Setiap penghargaan yang bersifat intrinsik seperti popularitas, uang, posisi, secara moral bersifat mendua dan berpotensi untuk merusak nilai kepuasan secara alami: seperti reward berbentuk pemberian hukuman, akan menggantikan kedudukan motivasi yang sesungguhnya: perhatian terhadap pengakuan akan menggantikan perhatian terhadap keunggulan pengetahuan.
PANDANGAN RITZER TENTANG BERBAGAI PARADIGMA
Fokus perhatikan teori revolusi pengetahuan adalah pendefinisian yang tepat tentang konsep paradigma. Kuhn menggunakan istilah tersebut secara salah dan tidak konsisten. Definisi paling mendekati yang tersaji pada bagian akhir bukunya edisi kedua juga tetap tidak jelas. Definisi tersebut tidak mengurangi kritik utama terhadap perubahan pandangan Kuhn, dari pandangan bahwa kemunculan dan kegagalan suatu paradigma merupakan akibat faktor politik, ke pandangan baru bahwa suatu paradigma lebih unggul dari pandangan lainnya dengan suatu alasan, meliputi "keakuratan, cakupan, kemudahan, manfaat, dan kesamaannya".
Komponen dasar suatu paradigma menurut definisi Ritzer adalah:
1. Contoh (exemplar), atau potongan akfivitas yang berfungsi sebagai model bagi individu yang bekeda menggunakan suatu paradigma;
2. gambaran (images) dari pokok persoalan;
3. teori‑teori (theories); dan
4. metode dan instrumen.
Saat nilai prediksi suatu teori bagi para penggunanya digunakan, nilai tersebut tidak semata‑mata menentukan kesuksesan suatu paradigma. Disebabkan biaya kesalahan dan implementasinya bervariasi, sejumlah teori tentang fenomena dapat bertahan secara bersamaan untuk tujuan prediktif. Bagaimanapun, hanya satu fenomena yang secara umum akan dapat diterima para teoritikus. Dalam menerima suatu teori, teoritikus akan dipengaruhi oleh pertimbangan intuitif dari penjelasan teori suatu fenomena dan jangkauan suatu fenomena, yang dapat menjelaskan dan memprediksi sebaik manfaat prediksi bagi para pengguna.
PARADIGMA DALAM AKUNTANSI
Paradigma Antropologikal / Induktif
Gambaran Pokok Masalah
Bagi pengguna paradigma anthropological/ inductive, pokok persoalan yang ada adalah:
- Praktik‑praktik akuntansi yang ada, dan
- Sikap manajemen terhadap praktik‑praktik tersebut.
Para pendukung pandangan ini berpendapat bahwa pada umumnya teknik‑teknik mungkin diturunkan dan dipertimbangkan dengan berdasarkan pengujian terhadap manfaatnya atau bahwa manajemen memegang peranan utama dalam menentukan teknik‑teknik yang akan diimplementasikan. Konsekuensinya, tujuan penelitian akuntansi yang berhubungan dengan paradigma anthropological/ inductive adalah untuk memahami, menjelaskan, dan memprediksi praktik‑praktik akuntansi yang ada. Contoh, Ijiri memandang misi pendekatan paradigma ini sebagai berikut:
Bentuk penalaran induktif untuk memperoleh tujuan yang secara implisit terkandung dalam perilaku sistem yang ada, tidak ditujukan untuk menjamin kelangsungan sistem yang sudah ada. Tujuan sejumlah pengujian adalah untuk menyoroti di mana perubahan diperlukan dan di mana sebaiknya dilakukan.
Perubahan yang disarankan sejumlah penelitian memiliki lebih banyak kesempatan yang secara aktual dapat diimplementasikan.
Teori‑teori
Empat teori dapat dipertimbangkan sebagai bagian dari paradigma anthropologikal/ inductif
- Informasi ekonomis
- Model analitis/agensi
- Hipotesis income smoothing/eamings management; dan
- Teori akuntansi positif.
Metode‑metode
Para pengguna paradigma anthropological/ inductive cenderung untuk menggunakan salah satu dari tiga teknik berikut ini:
- Teknik‑teknik yang digunakan dalam penelitian income smoothing;
- Teknik‑teknik yang digunakan dalam penelitian eamings management; dan
- Teknik‑teknik yang digunakan dalam penelitian teori positif.
Paradigma True Income / Deduktive
Gambaran Pokok Masalah
Siapa saja yang mengadopsi paradigma true‑income/deductive, pokok persoalannya adalah:
o Penyusunan teori akuntansi dengan menggunakan dasar logika, alasan normatif, serta konsep yang baku dan
o Konsep income yang ideal berdasarkan sejumlah metode lain selain metode historical cost.
MacNeal berpendapat bahwa konsep income yang ideal adalah sebagai berikut:
Ada satu definisi profit yang benar dalam istilah akuntansi. Profit merupakan peningkatan bersih dalam tingkat kesejahteraan. "Loss" merupakan penurunan bersih dalam tingkat kesejahteraan. Definisi‑definisi tersebut merupakan definisi para ekonom. Definisi ini singkat dan tepat, jelas, serta dapat diukur secara matematis.
Alexander, berpendapat tentang konsep income yang ideal, menyatakan:
Kita harus menemukan apakah income ekonomik yang ideal berbeda dengan income akuntansi hanya dalam tingkatan bahwa yang ideal itu sulit dicapal, atau apakah income ekonomis sudah cukup memadai apabila pengukurannya mudah dilakukan.
Teori‑teori
Teori yang muncul dari paradigma true income/ deductive menyajikan altematif terhadap sistem akuntansi biaya historis. Secara umum, lima teori atau cabang pemikiran dapat diidentifikasi:
- Price‑level adjusted (atau current‑purchasing‑power) accounting.
- Replacement‑cost accounting.
- Deprival‑value accounting (Likuidasi).
- Continuously contemporary (net‑realizable‑value) accounting.
- Present‑value accounting.
Masing‑masing teori menyajikan altematif metode penilaian assets dan penentuan income yang dapat mengatasi akuntansi biaya historis.
Metode‑metode
Para pengguna paradigma true‑income/deductive umumnya menggunakan alasan analitis untuk membenarkan penyusunan teori akuntansi atau untuk mempertahankan keunggulan suatu model tertentu dalam penilaian assets/penentuan income, selain akuntansi biaya‑historik. Para pendukung paradigma ini umumnya mengawali tujuan dan postulat lingkungan ke metode yang spesifik.
Paradigma Decision-Usefulness / Secision - Model
Gambaran Pakok Masalah
Bagi para pengguna paradigma decision‑usefulness/ decision‑ model, pokok persoalan dasamya adalah manfaat informasi akuntansi dalam model keputusan. Informasi yang relevan dengan model atau kriteria keputusan ditentukan dan diterapkan dengan memilih altematif akuntansi terbaik. Kemanfaatan dalam model keputusan sama dengan model keputusan yang relevan.
Sebagai contoh, Sterling menyatakan:
Apabila suatu properti dapat ditentukan oleh sebuah model pembuatan keputusan, maka pengukuran terhadap properti tersebut dikatakan relevan (dengan model keputusan tersebut). Apabila suatu properti tidak dapat ditentukan oleh sebuah model pembuatan keputusan, maka pengukuran terhadap properti tersebut dikatakan tidak relevan (dengan model keputusan tersebut)."
Teori‑teori
Dua bentuk teori dapat dimasukkan sebagai bagian paradigma decision‑usefulness/ decision‑model yaitu;
- Bentuk pertama berhubungan dengan perbedaan bentuk model keputusan yang berhubungan dengan pembuatan keputusan bisnis (seperti EOQ, PERT, linear programming, penganggaran modal, beli vs sewa beli [lease], membuat atau membeli dan sebagainya).
- Informasi yang diperlukan oleh sebagian besar model ini dengan mudah dapat ditentukan.
- Bentuk kedua berhubungan dengan perbedaan kejadian ekonomis yang mungkin dapat mempengaruhi going concem (seperti kebangkrutan, pengambil-alihan, merger, peringkat obligasi, dan sebagainya). Teori yang menghubungkan informasi akuntansi dengan kejadian‑kejadian tersebut banyak yang tidak dapat diketahui. Pengembangan sejumiah teori merupakan tujuan utama aktivitas tsb dalam paradigma decision‑usefulness/ decision‑model.
Metode‑motode
Para pengguna paradigma cenderung untuk tergantung pada teknik‑teknik empirik dalam menentukan kemampuan prediktif dari elemen‑elemen informasi yang terpilih. Pendekatan yang umumnya digunakan dalam analisis diskriminan untuk mengelompokkannya dalam satu bentuk kelompok dari sejumlah kelompok yang ada sebelumnya, tergantung pada karakteristik keuangan perusahaan secara individual.
Paradigma Decision-Usefullness/Decision-Maker/Agregat-Market- Behavior
Gambaran Pokok Masalah
Bagi para pengguna paradigma decision‑usefulness/ decision–maker/ agregat‑market‑behavior, pokok masalah sesungguhnya adalah respons pasar secara keseluruhan terhadap variabel‑variabel akuntansi. Para penulis di atas sependapat bahwa manfaat keputusan secara umum dalam variabel akuntansi dapat diperoleh dari perilaku pasar secara keseluruhan, atau seperti yang disajikan oleh Gonedes dan Dopuch, hanya pengaruh prosedur akuntansi altematif atau spekulasi yang dapat diniial dari perilaku pasar secara keseluruhan. Menurut Gonedes dan Dopuch, pemilihan sistem informasi akuntansi ditentukan oleh perilaku pasar secara keseluruhan.
Teori‑teori
Hubungan antara perilaku pasar secara keseluruhan dengan variabel akuntansi didasarkan pada teori efisiensi pasar modal. Menurut teori ini, pasar akan dikatakan efisien jika;
- harga pasar mencerminkan secara penuh (fully reflect) seluruh informasi yang tersedia untuk umum, dan dr sudut implikasinya bahwa,
- harga pasar tidak bias dan merespon secara cepat seluruh informasi baru.
Teori ini secara jelas menyatakan bahwa umumnya dalam kondisi pasar efisien, abnormal retum yang dapat diperoleh dari pemanfaatan informasi yang lebih luas dalam hubungannya dengan setiap pola perdagangan adalah nol.
Perubahan dalam kumpulan informasi yang tersedia secara otomatis akan menyebabkan keseimbangan harga yang baru. Pada kenyataannya teori yang menegaskan perilaku pasar meliputi:
- the efficient market model;
- the efficient market hypothesis;
- the capital asset pricing model;
- the arbitrage pricing theory;
- the equilibrium theory of option pricing.
Metode‑motode
Para pengguna paradigma ini akan mengikuti metode:
- the market model,
- the beta estimation model;
- the event study methodology;
- the Ohlson's Valuation model,."
- the price level balance sheet evaluation model,
- the information content of eamings models,
- the models of the relation between eamings and retum.
Paradigma Decision-Usefullness / Decision Maker / Individual - User
Gambaran Pokok Masalah
Bagi para pengguna paradigma decision‑usefullness/ decision‑ maker/ individual‑user, pokok masalahnya adalah respon pengguna individu terhadap variabel‑variabel akuntansi. Para pendukung paradigma ini berpendapat bahwa secara umum manfaat variabel akuntansi terhadap pembuatan keputusan dapat dilihat dari sudut perilaku manusia. Dengan kata lain, akuntansi dipandang sebagai proses keperilakuan.
Tujuan penelitian akuntansi keperilakuan adalah untuk memahami, menguraikan, dan memprediksi perilaku manusia dalam hubungannya dengan akuntansi. Paradigma ini berhubungan dengan kepentingan pengguna akuntansi secara intemal, prosedur dan penilai informasi, serta masyarakat umum atau perwakilannya.
Teori‑teori
Sebagian besar penelitian yang berhubungan dengan paradigma decision‑usefulness/ decision‑maker/ individual‑user tidak dikaitkan dengan manfaatnya dalam pembentukan teori secara jelas. Secara umum, altematif untuk mengembangkan teori akuntansi keperilakuan yang memadai meminjam, dari disiplin ilmu yang lain.
Sebagian besar teori tersebut cukup memadai untuk menjelaskan dan memprediksi perilaku manusia dalam hubungannya dengan akuntansi.
Teori‑teori pinjaman ini di antaranya:
· relativisme kognitif (kesadaran) dalam akuntansi;
· relativisme budaya dalam akuntansi;
· pengaruh keperilakuan dari informasi akuntansi;
· relativisme linguistik dalam akuntansi;
· hipotesis fiksasi fungsional dan fiksasi data;
· hipotesis information inductance;
· hipotesis slack organisasional dan penganggaran;
· pendekatan kontinjensi dalam penyusunan sistem akuntansi;
· penganggaran partisipatif dan kinerja;
· model pemrosesan informasi yang berhubungan dengan manusia; meliputi:
- the lens model,.
- the probabilistic judgment model;
- the predecisonal behavioral model;
- the cognitive style approach.
Model‑model
Para pengguna paradigma ini cenderung untuk menggunakan seluruh metode yang disukai oleh para ahli keperilakuan‑teknik pengamatan, wawancara, dan kuesioner serta eksperimen merupakan metode yang banyak digunakan. Hal ini juga merupakan awal yang baik untuk suatu proses pengakuan.
Paradigma Information / Economics
Gambaran Pokok Masalah
Pokok masalah yang dihadapi para pengguna paradigma information/ economics, adalah sebagai berikut:
o Informasi merupakan suatu komoditas ekonomis, dan
o Perolehan sejumlah informasi dalam masalah pemilihan ekonomis.
Nilai informasi dipandang dari sudut kriteria cost‑benefit dalam struktur formal teori pembuatan keputusan dan teori ekonomi. Hal ini dinyatakan dengan cara sebagai berikut:
... argumen yang mengatasnamakan accrual accounting mengacu pada dasar pemikiran bahwa
- pelaporan income berbasis accrual accounting menyampaikan lebih banyak informasi daripada sistem akuntansi yang berorientasi cash‑flow,
- accrual accounting merupakan cara yang paling efisien untuk menyampaikan informasi tambahan ini, dan akibat‑akibat yang ditimbulkannya,
- nilai yang dihasilkan oleh informasi tambahan ini melebihi cost untuk memproduksinya.
Informasi akuntansi dievaluasi dalam hubungannya dengan kemampuan untuk meningkatkan kualitas pemilihan secara optimal dalam masalah pemilihan yang harus diselesaikan oleh seorang individu atau sejumlah individu dalam sekelompok individu yang heterogen. Seorang individu harus memilih di antara sejumlah tindakan yang juga memiliki probabilitas hasil berbeda. Asumsikan secara konsisten bahwa perilaku pemilihan yang rasional akan diarahkan oleh expected utility hypothesis, maka tindakan dengan expected payoff (atau utility) terbesar akan lebih disukai individu. Dalam kaitannya dengan hal ini, informasi diperlukan untuk revisi probabilitas outcomes sesungguhnya. Jadi individu akan mengahadapi dua tahap proses:
· tahap pertama, saat sistem informasi menghasilkan sinyal‑sinyal yang berbeda; dan
· tahap kedua, saat ketaatan sinyal menghasilkan revisi probabilitas dan pemilihan kondisi dengan tindakan terbaik
Sistem informasi dengan expected utility terbesar lebih disukai. Informasi yang diperlukan dalam analisis revisi probabilitas secara sistematis (Bayesian‑version) pada gilirannya memudahkan analisis informasi dengan dasar yang bersifat subjektif yaitu aturan maksimalisasi expected utility.
Teori‑teori
Paradigma information/economic memberikan gambaran mendalam tentang "theory of teams", yang dikembangkan oleh Marschak dan Radner, pada teori keputusan secara statistik, dan pada teori ekonomi pemilihan. Apa yang dihasilkan adalah teori normatif dari penilaian informasi untuk analisis sistematis terhadap altematif‑altematif informasi. Fokus paradigma information/ economic adalah asumsi ekonomi tradisional yang konsisten, yaitu perilaku pemilihan yang rasional.
Metode‑metode
Para pengguna paradigma ini umumnya memanfaatkan alasan analitis dengan dasar teori keputusan secara statistik dan teori ekonomis proses pemilihan. Pendekatan ini memisahkan hubungan‑hubungan yang bersifat umum dan pengaruh rencana altematif, kemudian menerapkan Boyesian‑revision analysis dan kriteria cost‑benefit untuk menganalisis pertanyaan‑pertanyaan tentang kebijakan akuntansi. Asumsi utama pendekatan ini adalah rasionalitas.
ILMU AKUNTANSI
Situasi dalam penelitian akuntansi telah meningkat secara drastis dalam beberapa tahun. Tidak ada gunanya mengatakan bahwa situasi telah berubah untuk mendukung agenda penelitian yang dinamis, seperti adanya bukti transformasi akuntansi ke dalam ilmu yang benar‑benar secara penuh diakui sebagai ilmu normal dengan paradigma‑paradigma bersaing yang berusaha menegakkan dominasi. Penelitian akuntansi didasarkan pada sekumpulan asumsi umum tentang ilmu dan masyarakat sosial, dan telah menghasilkan perdebatan yang sehat tentang bagaimana memperkaya dan mengembangkan pemahaman kita tentang praktik akuntansi. Aliran utama penelitian akuntansi memandang secara sejajar antara ilmu fisik, sosial, dan akuntansi, justifikasi dalam proses penghitungan hypothetic‑deductive dari penjelasan secara ilmiah dan perlunya konfirmasi terhadap hipotesis tersebut.
DEKONTRUKSI
Berbagai tulisan akuntansi tentang paradigma atau teori akuntansi tertentu menyatakan bahwa paradigma dan teori tersebut seharusnya memiliki hak‑hak istimewa dibandingkan bentuk‑bentuk pengetahuan atau tulisan akuntansi lainnya. Tulisan tersebut digunakan untuk menjamin kewenangan (hegemony) suatu paradigma dan kepentingan tertentu, sebagai penghambat produksi pengetahuan lainnya.
Dekonstruksi dalam penelitian akuntansi mengundang banyak upaya untuk mengungkap asumsi tersembunyi dalam tulisan akuntansi. Diasumsikan bahwa seluruh wacana ilmiah bidang akuntansi, termasuk uraian historis, pada dasamya retoris. Para penganut dekonstruksi akuntansi akan mengkritik tulisan akuntansi melalui berbagai teknik termasuk demythologizing, deceinonizing, dephallicizing, atau defaming.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar