Deskripsi aktiva
tetap
Perbedaan
karakteristik aktiva tetap dan aktiva lancar
Akun aktiva tetap bersaldo besar dan transaksinya dalam
jumlah rupiah besar dan relatif sangat sedikit. Kesalahan cutoff (pisah batas) pada aktiva tetap berdampak
kecil pada perhitungan laba rugi. Sedangkan pada aktiva lancar berdampak
langsung pada perhitungan laba rugi. Aktiva tetap disajikan dengan nilai buku
dan aktiva lancar disajikan dengan nilai bersih yang dapat direalisasikan. Untuk sebagian besar entitas, aktiva
tetap menunjukan jumlah yang material dalam laporan keuangan. Ketika mengaudit
klien lama, auditor dapat memfokuskan diri pada aktivitas tahun berjalan karena
aktiva yang didapat di tahun-tahun terdahulu telah menjadi subjek dari prosedur
audit pada waktu perolehan. Di sisi lain, untuk perikatan baru auditor harus
memverifikasi aktiva yang merupakan bagian dari saldo awal aktiva tetap klien. Ukuran entitas juga mempengaruhi
pendekatan auditor. Jika klien relatif kecil dengan perolehan beberapa aktiva selama
periode tersebut, biasanya auditor dapat menghemat biaya untuk mengikuti
strategi substantif. Dengan mengikuti strategi ini, auditor melakukan prosedur analitis
substantif
dan mengarahkan pengujian atas saldo akun. Di sisi lain, entitas besar
kemungkinan memiliki prosedur resmi untuk menganggarkan dan membeli aktiva
modal. Sementara pembelian rutin dapat diproses melalui proses pembelian.
JENIS TRANSAKSI
Empat Jenis transaksi
aktiva tetap yang mungkin terjadi:
- Perolehan aktiva modal secara tunai atau dengan alat nonomoneter lainnya
- Penghapusan aktiva modal melalui penjualan, pertukaran, pemberhentian, pemakaian atau pembuangan
- Penyusutan aktiva modal selama umur ekonomisnya
- Penyewaan aktiva modal
TUJUAN AUDIT AKTIVA TETAP
- Memeriksa apakah terdapat internal control yang baik atas aktiva tetap.
- Memeriksa apakah aktiva tetap yang tercantum di neraca betul-betul ada, masih digunakan dan milik perusahaan.
- Memeriksa apakah penambahan aktiva tetap dalam tahun berjalan betul-betul merupakan suatu Capital Expenditure, diotorisasi oleh pejabat yang berwenang, didukung oleh bukti-bukti yang lengkap dan dicatat dengan benar.
- Memeriksa apakah disposal dari aktiva tetap sudah dicatat dengan benar dan telah diotorisasi oleh pejabat yang berwenang.
- Disposal aktiva tetap dapat terjadi dalam bentuk penjualan yang akan menimbulkan laba/rugi penjualan aktiva tetap, tukar tambah atau penghapusan aktiva tetap yang dapat menimbulkan kerugian, jika aktiva tetap tersebut masih mempunyai nilai buku.
- Memeriksa apakah pembebanan penyusutan dalam periode yang di audit dilakukan sesuai dengan ketentuan SAK, dan apakah perhitungannya sudah benar.
- Memeriksa apakah ada aktiva tetap yang dijadikan sebagai jaminan.
- Memeriksa apakah penyajian aktiva tetap dalam laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
PROSEDUR AUDIT
AKTIVA TETAP
1.
Pelajari
dan evaluasi internal control aktiva tetap
Beberapa ciri internal control yang efektif untuk
aktiva tetap:
a.
Setiap penambahan dan penarikan
aktiva tetap harus diotorisasi oleh pejabat yang berwenang
b.
Setiap penambahan aktiva tetap harus
disesuaikan dengan anggaran.
c.
Adanya kebijakan yang jelas dan
tertulis tentang capitalization dan depreciation policy.
d. Perusahaan
mempunyai sub buku besar aktiva tetap yang mencantumkan data-data aktiva tetap,
diantaranya:
·
tanggal pembelian aktiva tetap
·
nama supplier
·
harga perolehan
·
metode penyusutan
·
jumlah penyusutan
·
akumulasi penyusutan
·
nilai buku aktiva tetap
e. Dilakukannya
inventarisasi/pemeriksaan yang rutin terhadap aktiva tetap, untuk mengetahui
keberadaan dan kondisi dari aktiva tetap tersebut.
f. Bukti-bukti
kepemilikan aktiva tetap disimpan ditempat yang aman.
g. Aktiva
tetap diasuransikan oleh perusahaan dengan jumlah/nilai pertanggungan (insurance coverage) yang wajar.
2. Minta kepada klien Top schedule
dan Supporting schedule aktiva tetap, sehingga dapat dilihat berapa saldo
awalnya, berapa penambahan/pengurangannya dan berapa saldo akhir dari aktiva
tetap tersebut.
3. Periksa footing dan cross
footing serta cocokkan totalnya dengan general ledger atau sub ledger,
saldo awal dengan working paper tahun lalu.
4. Apakah setiap penambahan dan
pengurangan dari aktiva tetap dilengkapi dengan supporting document,
termasuk otorisasinya.
Misal:
Pencatatan terhadap pengurangan aktiva tetap
Mesin
pabrik dengan cost Rp 200.000.000,-
dan jumlah akumulasi penyusutan terakhir Rp 175.000.000,- dijual dengan harga
Rp 35.000.000,-
Pencatatan
seharusnya adalah:
Kas Rp 35.000.000
Akumulasi
Peny. Mesin 175.000.000
Mesin Rp 200.000.000
Laba
Penjualan Aktiva Tetap 10.000.000
5.
Lakukan pemeriksaan fisik terhadap
aktiva tetap tersebut untuk melihat kondisinya apakah masih layak dan
penilaiannya wajar.
6. Periksa
bukti kepemilikan aktiva tetap.
Misal:
Tanah - Sertifikat
tanah
Gedung - Izin
Mendirikan Bangunan (IMB) dan Surat Izin Penempatan Bangunan (SIPB)
Kendaraan
bermotor - BPKB dan STNK
7.
Periksa apakah capitalization
policy sudah benar dan depreciation policy dijalankan secara
konsisten dengan tahun sebelumnya.
8.
Analisis tentang perkiraan Repair
and Maintenance, sehingga dapat diketahui apakah ada pengeluaran yang
seharusnya masuk capital expenditure,
dicatat sebagai revenue expenditure.
9.
Periksa apakah aktiva tetap sudah diasuransikan
dengan nilai pertanggungan yang cukup.
10.
Periksa notulen rapat, perjanjian
kredit, konfirmasi bank, untuk mengetahui apakah ada aktiva tetap yang
dijadikan sebagai jaminan.
11.
Periksa apakah ada komitmen-komitmen
yang dibuat perusahaan untuk membeli/menjual aktiva tetap.
12.
Jika ada contsruction in process, periksa ketepatan nilai pertambahan yang
ditransfer ke aktiva tetap.
13.
Jika ada aktiva tetap yang diperoleh
melalui leasing, periksa lease agreement-nya
dan apakah pencatatannya sudah sesuai dengan SAK.
14.
Periksa apakah penyajiannya sudah
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, misal: ketentuan penyajian
baik di neraca, laba-rugi maupun catatan atas laporan keuangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar