Diversifikasi adalah suatu strategi investasi dengan
menempatkan dana dalam berbagai instrumen investasi dengan tingkat risiko dan
potensi keuntungan yang berbeda, bertujuan untuk mengurangi tingkat risiko dan
tetap memberikan potensi tingkat keuntungan yang cukup. Pada dasarnya, setiap orang memiliki latar belakang dan tujuan
investasi yang berbeda-beda. Dalam melakukan diversifikasi, karakter instrumen
investasi yang harus dipertimbangkan, yaitu: (1) potensi tingkat pengembalian (return), (2) risiko, (3) likuiditas. Dapat kita ambil contoh antara
investasi pada saham dengan deposito. Umumnya, saham memberikan tingkat
pengembalian atau return yang lebih
tinggi daripada deposito. Namun, risiko untuk berinvestasi pada saham cenderung
lebih besar karena fluktuasi atau perubahan harga saham lebih tinggi sehingga
dapat menyebabkan peluang untuk mengalami kerugian menjadi lebih tinggi
daripada berinvestasi di deposito. Aspek ketiga adalah
likuiditas. Maksud likuiditas disini adalah kemudahan untuk membeli dan menjual
sebuah instrumen investasi. Tentunya jika berinvestasi di deposito, kita tidak
dapat menguangkan investasi tersebut sewaktu-waktu karena deposito memiliki masa
jatuh tempo. Sedangkan jika berinvestasi di saham, kita dapat dengan mudah
menjualnya sesuai dengan keinginan kita.
Setiap orang yang melakukan investasi, pasti menginginkan
investasi yang mereka tanam akan terus tumbuh dan menghasilkan tingkat
keuntungan yang tinggi. Namun, tidak selamanya keinginan tersebut dapat
terpenuhi akibat munculnya kondisi yang buruk, seperti harga saham tiba-tiba
jatuh. Saat kita menaruh seluruh investasi kita di saham saat bursa saham
sedang bearish (trend menurun), maka nilai investasi kita tentu akan turun. Berbeda
halnya jika kita menaruh sebagian investasi kita pada instrumen lain, seperti
obligasi, deposito, atau emas. Tentunya kerugian yang kita tanggung akan lebih
sedikit dibandingkan dengan hanya berinvestasi di saham.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan
diversifikasi. (1) Diversifikasi saham. Strategi diversifikasi ini akan efektif
bila kita membeli saham dari sektor yang berbeda-beda. Jika kita membeli saham
berbeda hanya di satu sektor, akan sangat berisiko bila sektor tersebut sedang
mengalami masa bearish. Saat itu
semua saham pda sektor tersebut akan cenderung turun. Strategi yang lebih baik
misalnya kita membeli saham di sektor perbankan, konsumsi, dan industri. Kita
tidak tahu sektor mana yang akan naik berikutnya. Dengan memiliki saham di
beberapa sektor tersebut, akan membuat kita memiliki peluang untuk mendapatkan
keuntungan saat sektor tersebut sedang naik. (2) Diversifikasi instrumen
investasi. Saat kita membeli berbagai jenis saham, bukan berarti uang kita sepenuhnya
aman dan bukan berarti kita bebas risiko. Pada saat bursa saham sedang bearish, hampir semua saham dipastikan
akan turun. Jadi, sebaiknya kita melakukan strategi diversifikasi ke berbagai
instrumen investasi, seperti melakukan investasi ke obligasi, emas, atau
deposito untuk meminimalisir risiko kerugian yang mungkin akan dialami.
Kita juga tidak boleh melakukan diversifikasi yang berlebihan
karena cenderung akan lebih memunculkan dampak negatif daripada dampak
positifnya. Jika terlalu banyak melakukan diversifikasi, tentunya kita akan
kesulitan dalam mengelola dan mengontrol perkembangan investasi kita. Disamping
itu, diversifikasi berlebih tentunya akan mengecilkan potensi untuk mendapatkan
tingkat keuntungan yang tinggi dari investasi yang dilakukan karena kita tidak
dapat memperoleh tingkat pengembalian atau return
maksimum bila salah satu instrumen seperti saham saat mengalami kenaikan harga.
Keep it up. Thank you.
BalasHapusEconomics :)
Thanks infonya. Oiya ngomongin diversifikasi, ada beberapa hal loh yang sejatinya perlu diperhatikan oleh investor sebelum melakukannya. Apa aja itu? Temen-temen bisa cek di sini: diversifikasi investasi aman
BalasHapus