Setelah
menyusun dan menyesuaikan laba, analisis berikutnya akan menentukan daya tahan
laba. Managemen laba, keragaman, tren dan insentif merupakan penentu daya tahan
laba yang potensial.
Tren dan daya tahan laba
Laba yang
mencerminkan tren pertumbuhan yang stabil lebih diinginkan. Tren laba dapat
dinilai melalui metode statistik atau dengan pernyataan tren (trend stetement). AnĂ¡lisis tren
menggunakan angka laba yang diperoleh setelah prosedur penyusunan ulang dan
penyesuaian. Tren laba sering kali mengungkapkan petunjuk mengenai kinerja
perusahaan saat ini dan masa depan (siklus pertumbuhan, pertahanan) dan menilai
kualitas manajemen. Analis harus waspada terhadap distorsi akuntansi yang
mempengaruhi tren.
Manajemen dan daya tahan
laba
Ada beberapa
syarat untuk memenuhi definisi manajemen laba (earnings management). Hal tersebut penting karena akan membedakan
manajemen laba dengan salah saji dan distorsi. Manajemen laba menggunakan
prinsip pelaporan akuntansi yang tersedia dengan tujuan untuk memilih dan
menerapkan prinsip akuntansi untuk tujuan tertentu dan tidak diragukan pilihan
ini berada dalam kerangka praktik yang berlaku umum.
Bentuk managemen laba aktual
sangat beragam, antara lain sebagai berikut:
- Perubahan metode atau asumsi akuntansi. Misalnya, merevisi asumsi tingkat pengembalian portofolio pensiun menjadi lebih tinggi sehingga meningkatkan laba saat penjualan menurun.
- Menghapus keuntungan dan kerugian luar biasa (dan tidak biasa). Praktik ini memindahkan dampak terhadap laba yang tidak biasa dan tidak diperkirakan yang dapat berpengaruh buruk pada tren laba.
- “Mandi Besar” (big bath). Teknik ini mengakui beban periode masa depan pada masa kini, saat kinerja periode masa kini sangat buruk. Praktik ini melepaskan laba basa depan dari beban tersebut.
- Penurunan nilai. Penurunan nilai aset saat hasil operasi sedang buruk merupakan alat manajemen laba lainnya.
- Menentukan waktu pengakuan pendapatan dan beban. Teknik ini mengatur waktu pengakuan pendapatan dan beban untuk melakukan manajemen laba, termasuk manajemen tren.
Insentif manajemen dan
daya tahan
Dengan adanya
insentif kinerja bagi manajer, dan penggunaan angka akuntansi untuk
mengendalikan dan mengawasi kinerja mereka, analisis harus menyadari adanya
potensi manajemen laba dan bahkan salah saji. Analis harus mampu mengenali
perusahaan yang memiliki dorongan kuat untuk melakukan manajemen laba dan
kemudian meneliti praktik akuntansi perusahaan untuk memastikan integrasi
laporan keuangan.
Analis harus
mengakui insentif bagi manajemen terkait dengan laba. Awalnya, manajemen laba
sering kali dicapai dengan pelaporan laba yang terlalu rendah. Hal ini
menciptakan “cadangan” yang digunakan pada periode dengan laba rendah di masa
depan. Saat ini, analis diberikan pengungkapan penuh komponen laba bersama
dengan penjelasan manajemen. Karena itu, analis dapat membuat rata-rata,
meramalkan, atau menyesuaikan laba yang dilaporkan sesuai dengan tujuan
analisis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar